Darmawati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

KELUARGA,UJUNG TOMBAK PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK (Serpihan Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dew

DARMAWATI

UPT SPF SMPN 1 BULUKUMBA_

**(censored)**

Akhir - akhir ini perbincangan mengenai karakter semakin ramai, terutama dalam dunia pendidikan. Sejak berlakunya kurikulum 2013, karakter peserta didik menjadi objek assesmen tersendiri pada setiap mata pelajaran. Sungguhpun demikian, masih banyak orang yang mengatakan bahwa karakter peserta didik secara khusus, dan karakter bangsa secara umum masih rendah. Lemahnya aspek karakter anak, yang meliputi (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri, (8) rasa ingin tahu, (9) peduli sosial, (10) peduli lingkungan, dll. Faktanya, kejujuran anak rendah saat ujian, sering terlambat masuk sekolah, semangat belajar rendah, kurang empati kepada sesama, dll., semakin menunjukkan bahwa perlu penekanan dalam pembentukan karakter anak. Di sisi lain, sebagai pendidik, hal ini sudah menjadi tanggung jawab kita baik sebagai guru maupun sebagai orang tua untuk membentuk kembali nilai-nilai karakter anak. Dengan demikian, dapat mengantarkan mereka, ke tujuan yang diharapkan sebagaimana yang dikatakan oleh Ki hajar Dewantara yang selanjutnya disingkat dengan KHD yakni tercapainya kebahagiaan dan keselamatan hidup.

Mari kita menilik kembali persoalan karakter sebagai mana yang dikemukakan oleh KHD. Akan tetapi, lebih dahulu perlu dipahami makna konsep karakter. Menurut KHD, budi pekerti atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak, pikiran, perasaan, dan kehendak, atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Artinya, budi pekerti menutut KHD memiliki makna yang sama dengan karakter. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa budi pekerti itu dapat berupa sesuatu yang interen dalam diri sesorang ( berupa nilai) yang dapat diukur ketika diwujudkan dalam bentuk perilaku sebagai sesuatu yang timbul dari tenaga.

Budi pekerti atau karakter tidak akan dapat tercipta dengan sendirinya. Sungguhpun dikatakan oleh KHD bahwa setiap manusia (anak atau peserta didik) terlahir dengan kodrat alam yang dibawanya sejak lahir. Dalam hal ini, salah satu Trilogi Pendidikan memegang peranan penting. Trilogi yang dimaksud adalah adalah lingkungan keluarga sebagai lembaga pendidikan informal. KHD menegaskan bahwa keluarga menjadi tempat yang utama dan paling baik untuk melatih pendidikan sosial dan karakter baik, yang menurut Tolla (2013) diistilahkan dengan karakter positif setiap anak. Keluarga merupakan tempat persemaian pendidikan yang sempurna bagi anak untuk melatih pembentukan watak individual anak.

Keluarga sebagai lembaga pendidikan informal memang memiliki tanggung jawab yang besar dalam pembentukan karakter anak. Dalam hal ini orang tua memiliki peranan tinggi dalam menuntun proses pembentukan dan pengembangannya. Misalnya saja dalam hal tuturan dalam interaksi sosial. Orang tua akan menjadi figur utama dalam bertutur (Darmawati, 2017). Hal ini sejalan dengan semboyan Ing Ngarso Sumtolodo. Orang tua juga perlu memberikan arahan dan prakarsa, dalam penggunaan tuturan yang baik dan mengandung nilai karakter positif. Dalam hal ini orang tua sebagai pendidik telah menerapkan sembolan Ing Madya Mangun Karsa. Selanjutnya, kehadiran orang tua sebagai pendidik yang pertama dapat memotivasi dan memberikan semangat, penguatan-penguatan (reinforcemen) atas penggunaan tuturan yang berkarakter merupakan implementasi dari semboyan Tut Wuri Handayani.

Berdasarkan uraian diatas dapat difahami bersama bahwa berapa tinggi dan mulianya filosofi pendidikan yang dibangun oleh KHD dalam upaya memajukan bangsa ini. Ki Hajar Dewantara tidak memandang pendidikan secara parsial dalam lingkunagn formal saja. Akan tetapi, KHD melihat pendidikan secara global. Maka tidak salah jika dikatakan bahwa KHD tidak pernah puas dengan pendidikan yang diselenggarakan oleh kaum kolonial saja. Akan tetapi, lebih jauh KHD menginginkan adalanya sistem pendidikan nasional. Akhirnya, semua harapan dan cita-cita KHD terwujud.

Kemuliaan dan kemurnian cita-cita KHD membentuk karakter melalui pendidikan tidak akan pernah memiliki makna jika kita tidak proaktif dan tulus dalam mewujudkannya baik sebagai orang tua (pendidik di rumah) maupun sebagai guru (pendidik di sekolah). Tanggung jawab kemajuan bangsa diawali dalam bidang pendidikan. Olehnya itu, marilah kita bentuk karakter anak dimulai dari pendidikan dalam keluarga sebagai lembaga pendirikan pertama dan utama.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ulasan yang menawan, Bunda. Sepakat dengan keluarga adalah pembentuk karakter utama yang pertama. Salam sehat dan sukses, Bunda.

19 Apr
Balas

Mari Bunda kita bersama membentuk anak dengan baik mulai dari keluarga sebagai pondasi awal, penanaman budi pekerti yang luhur. salam sehat , sukses bersama Bunda

21 Apr

Ulasannya bagus Ibu, saya sepakat. semangat terus, Bu.

21 Apr
Balas



search

New Post